Misi Pertama Penggalang
Oleh: Caritra Sari
Ilustrasi oleh Rahman A. Nur
***
Bab Satu
Hujan gerimis di akhir Desember rupanya tidak bisa mendinginkan suasana. Sore itu ruang ekskul Pramuka SDN 03 Bintaro dipenuhi oleh Dewan Pembina Pramuka Penggalang yang sedang rapat. Para ketua regu, wakil ketua regu, dan Pembina Penggalang semua lengkap berkumpul. Jumlah total peserta yang hadir ada 30 orang. Dari tadi mereka menyusun rencana kegiatan setahun ke depan. Diskusinya cukup alot karena masing-masing regu berusaha mengajukan usulan program kerja.
"Mulai dari yang gampang aja kenapa sih, namanya juga tahun baru. Gitu aja ribut, pada ngasih usul cuma buat ngumpulin poin. Basi banget--" komentar Reza, ketua Regu Macan, tapi terhenti karena disikut wakil regunya.
Semua ketua regu sekarang memelototinya. Pak Basri, guru PPKn yang jadi Pembina Pramuka Penggalang sekolah mereka, tampak mengantuk duduk di meja guru dan tak mendengar. Tapi Kak Darma, salah seorang Pembina Penggalang yang hadir, tetap mendengarkan seperti semula. Bersidekap dan berdiri bersandar pada dinding dekat meja guru. Menoleh dan memandang langsung ke Reza.
"Dih, ngomong sembarangan, padahal ada kakak pembina! Malu-maluin aja," gumam Bimo, wakil ketua Regu Elang. Dia duduk di samping Satya, ketua regu mereka. "Yang kayak gitu kok bisa lulus ke Penggalang dan jadi ketua sih?"
Satya mengebaskan tangan menyuruh Bimo diam.
"Ehm, maksud saya, kita ulangi saja program kerja tahun lalu. Saya yakin kakak pembina juga tidak keberatan," koreksi Reza dengan senyum dibuat-buat.
Bimo membuat gerakan pura-pura muntah. Satya menyikutnya. Untung mereka duduk di baris paling belakang dan tidak ada yang lihat.
"Maaf, boleh saya mengajukan usul, Kak?" tanya Satya kemudian.
Kak Karin, sekretaris Dewan Pembina yang bertugas mencatat bahasan rapat, mempersilakannya.
"Menurut saya supaya mudah kita tentukan dulu saja tema kegiatan bulanannya. Misal bulan Januari tentang Lingkungan Hidup, bulan Februari tentang P3K, dan lain-lain. Nanti di awal bulan kita rapat lagi untuk menentukan kegiatan mingguan," usul Satya.
"Betul, betul, setuju," sahut Bimo dengan pede. Dia menjulurkan tangan pada Satya untuk tos di bawah meja.
"Wah, menurut saya itu usulan yang kurang efisien," kata Bayu kemudian. Dia ketua Regu Jaguar. Orangnya tinggi, hobi main basket, anak orang kaya. Duduknya selalu di depan meja guru. Kebetulan dia juga Ketua OSIS.
"Nanti kita terlalu banyak membuang waktu untuk rapat. Bagaimana kalau kita buat tema bulanan sekarang, lalu dalam seminggu ke depan masing-masing regu mengajukan rencana kegiatan mingguan. Kita pakai sistem voting saja. Empat kegiatan dengan pendukung terbanyak akan jadi kegiatan pada bulan tersebut," jelas Bayu. "Dengan demikian semua orang sumbang saran dan rencana kegiatan setahun dapat dengan cepat diputuskan dalam seminggu."
Ruang rapat jadi riuh. Sebagian besar peserta bergumam satu sama lain, rata-rata menyetujuinya. Bimo misuh-misuh di belakang.
"Kalau programnya dibuat setahun di depan berarti enggak fleksibel, dong? Terus bagaimana kalau ada acara dadakan yang harus diadakan di bulan tersebut?" bantah Satya.
"Kalau gitu kita sisakan waktu saja khusus untuk emergensi. Misal dari empat kegiatan itu, tiga kegiatan sudah pasti dilaksanakan, sedangkan yang keempat bisa jadi bisa tidak. Saya rasa kita bisa menentukan prioritas. Enggak perlu terlalu kaku juga, tinggal menyesuaikan saja."
Dukungan dari regu lain lalu berdatangan. Satya sebal karena usulnya ditolak, tapi usulan Bayu memang terdengar lebih baik. Kak Darma terlihat sedang bicara dengan Pak Basri yang tersentak bangun karena ribut. Kak Darma itu kakaknya Satya yang sekolah di SMU 70 Kebayoran. Dia sudah jadi Pramuka Penegak Laksana. Sebagai alumni sekolahnya Satya, dia mendapat tugas membina kegiatan pramuka di sini.
"Oke, kalau begitu kita putuskan begitu saja ya," kata Pak Basri. "Karin, tolong buatkan voting yang dimaksud dalam grup chat kita. Untuk tema kegiatan bulanan masih ada usulan? Kalau tidak ada kita akan pakai sesuai yang sudah dicatat di papan tulis."
Tidak ada yang mau menambahkan. Tampaknya semua sudah pada capek dan kelaparan. Pak Basri kemudian menutup rapat dan mereka bubar.
Bimo dan Satya berlari kecil, beriringan ke lapangan parkir.
"Yah, sayang banget Sat, si Bayu itu kadang-kadang jenius juga. Maklumlah tiap hari makan brokoli sama keju," ujar Bimo lesu, mengusap tetes air hujan dari wajahnya. Regu Jaguar, saingan mereka sejak Pramuka Siaga, mendapat poin tambahan karena sarannya diterima dalam rapat.
"Jangan khawatir, Bim. Kamu minta masukan dari anggota regu kita deh. Nanti kita diskusi sebelum aku ajukan usulan regu di grup," kata Satya. Dia lalu mengambil jas hujan dari keranjang sepeda dan memakainya.
"Tapi jangan kelamaan, usulan yang sudah ada kan enggak boleh dobel, nanti usulan yang bagus udah keburu dikumpulkan grup lain," sungut Bimo.
"Ya udah kamu atur aja, lah ... kalau bisa pas aku sampai rumah udah ada gambaran jadi nanti malam bisa langsung masukin usulan," tukas Satya sambil menaiki sepeda. Rumahnya Bimo memang dekat, cukup jalan kaki. Beda dengan Satya yang rumahnya paling jauh di regu mereka.
"Ya udah hati-hati ya, sampai jumpa besok."
"Yok, duluan Bim. Daah!"
***
Bab Dua
Seminggu kemudian program kerja untuk tahun baru disahkan. Regu Jaguar mendapat poin terbanyak, semakin menambah selisih poin dengan Regu Elang yang hanya dapat memasukkan lima usulan kegiatan.
Saat anggota rapat bubar, Aryo--wakil ketua Regu Jaguar--merangkul bahu Satya. “Kayaknya tahun ini regumu bakalan jadi nomor dua lagi nih,” komentarnya sambil menyeringai. Dia lalu berbisik, “Mungkin mestinya tahun ini Saka yang jadi ketua regu kalian. Dia kan juara satu olimpiade sains kemarin, usulannya pasti lebih bagus.”
Sontak Satya meradang, menepis tangan Aryo dan mendorongnya menjauh.
“Maksudmu apa, sih?!”
Tiap tahun anggota regu gantian jadi ketua. Tiga dari lima usulan Regu Elang kemarin memang berasal dari Saka, tapi kan mereka sudah membahasnya bersama.
“Lihat saja nanti, presentasi kami pasti paling bagus,” kesal Satya. Bimo yang melihat temannya diganggu langsung menghampiri mereka.
“Woi! Woi, ada apa nih?!”
Aryo hanya mengedikkan bahu dan nyengir lebar. “Ayok, kalau berani taruhan. Misi pertama tahun ini regu kami pasti menang. Yang kalah harus traktir bakso yaa hahaha …,” pesannya sambil melambai pergi.
“Enak ajaa! Judi itu dosa, tahu! Kita enggak mau taruhan, tapi kita pasti menang!” seru Satya.
“Haduh, kacau banget tuh orang,” sahut Bimo, lalu menenangkan Satya. “Udah, tenang aja, tugas kali ini cukup mudah, kan? Cuma memberi penyuluhan pemilahan sampah di lingkungan RT ketua regu masing-masing. Kamu kan ada Kak Darma yang udah pengalaman ngadain acara di Karang Taruna RT, jadi gampanglah ituu ….”
“Huh, kata siapa? Kak Darma mana mau? Katanya kalau dia bantuin aku itu namanya curang! Padahal kan regu lain pasti juga pada minta tolong ke anggota keluarga buat deketin Pak RT,” keluh Satya. Mereka lalu berjalan bersama ke rumah Bimo. Semua anggota regu sudah menunggu di sana, untuk membicarakan rencana pengerjaan tugas minggu ini.
“Yahh … apa boleh buat, kita coba sendiri aja dulu. Lagian kalau udah jadi Pramuka Penggalang kan emang harus sok kenal sok dekat sama Pak RT. Nanti aku bantuin ngomongnya deh,” tukas Bimo.
“Bukan masalah takut ngomongnya, Bim. Masalahnya si Pak RT di tempatku itu sibuknya amit-amit!”
“Ya udah coba kirim WA aja dulu, bikin janji ketemuan gitu,” saran Bimo.
Sepulang dari rumah Bimo, setelah makan malam Satya masuk ke kamar kakaknya tanpa mengetuk pintu.
“Kak Darmaaa!” serunya sambil meluncur ke kasur empuk dengan seprai kotak-kotak biru itu. “Kaaak, aku mau pinjem hapeee!!!”
“Sst!” Kak Darma melotot menyuruhnya diam. Rupanya dia sedang menelepon.
“Eh nanti kita lanjutin ya, Lia, ini adekku lagi rese,” kata Kak Darma menutup pembicaraan.
“Yee, orang cuma nanya doang kok. Sok penting banget, emang lagi ngomongin apa sih? Pacaran melulu tiap hari! Entar aku bilangin Bunda, lho!”
“Siapa yang pacaran?!” sewot Kak Darma. “Kamu kan punya hape sendiri, ngapain minjem hape Kakak?”
“Mau minta nomor WA Pak RT! Aku mau janjian ketemuan buat minta izin ngadain acara minggu ini.”
“Buat tugas pramuka ya?” tanya Kak Darma sambil melipat tangan dan menatap curiga. “Enak aja tinggal nanya ke Kakak, dulu aku dapetinnya susah, tahu! Sana ke kantor RT, minta sendiri sama sekretarisnya!”
“Aduuh, aku enggak sempeet! Lagian kenapa sih cuma minta nomor doang enggak boleh? Aku yakin ketua regu lain juga enggak ada yang nyimpen nomor Pak RT. Paling mereka nanya ke orang tuanya!”
Kak Darma geleng-geleng kepala. “Ya udah kalau gitu minta ke Bunda aja!”
Uugh ... dasar peliiit!
Setelah dapat nomornya dari Bunda, Satya langsung mengirim pesan. Ditulis dengan berbunga-bunga dan sopan, tentu saja, plus emoticon yang sesuai supaya berkesan tidak kaku.
Yak, pesan terkirim ke ponsel Pak RT! Sekarang tinggal tunggu dibaca dan dibalas.
Namun, setelah keesokan harinya seharian bolak-balik mengecek HP, ternyata pesan yang dikirimnya tidak dibaca-baca. Setelah Satya selesai mengerjakan PR malam itu baru dibaca, tapi tidak dibalas.
“Gaes, gimana niiih … pesanku enggak dibalas Pak RT?? Cuma dibaca doang,” keluh Satya saat berkumpul di sekolah keesokan paginya. Di grup chat Pramuka Penggalang sudah ada beberapa regu yang menulis status pelaksanaan rencana mereka, termasuk Regu Jaguar. Mengabarkan progress di grup akan mendapat poin tambahan.
“Udah, datengin aja rumahnya!” usul Bimo.
“Orangnya enggak mau ngomongin kerjaan di rumah, dulu Kak Darma pernah dimarahin karena itu.”
“Enggak usah bahas apa-apa di rumahnya. Begitu ketemu dia pas pulang ke rumah, kamu minta janjian ketemuan di kantor gitu,” sahut Wira.
“Atau tongkrongin aja kantornya!” seru Dwi.
“Emang kamu nulisnya gimana sih, kok bisa enggak dibales,” komentar Ardi.
“Coba telpon aja dulu, siapa tahu dia mau balas tapi lupa,” saran Saka.
Akhirnya Satya menelepon saat itu juga. Semua menunggu dengan tegang, tapi teleponnya tidak diangkat. Setelah mencoba dua kali lagi, kini ada kemajuan.
Nomor Satya diblokir!
Haduuh!
"Pake hape aku aja, coba pake telpon biasa, jangan telpon WA," ujar Saka yang teleponnya tidak miskin pulsa seperti yang lain. Satya memencet nomornya dan menyalakan loud speaker.
Riing … riiing … riiing … diangkat!
"Halo, selamat pagi Pak RT, maaf mengganggu. Ini Satya yang--"
"Salah sambung!" seru orang di seberang. Suara perempuan, judes. Orang itu langsung menutup telepon.
Mereka semua berpandangan. Satya menepuk jidat, sementara yang lain tertawa.
Akhirnya sepulang sekolah sore itu Satya ngebut supaya cepat sampai di rumah.
Huh, dasar! Kalau tahu salah sambung kenapa enggak bilang dari awal, sih?! sungutnya sambil mengayuh sepeda ke kantor RT. Soalnya kantornya tutup jam empat.
Untungnya dia ketemu Bu Desi yang baru saja keluar mau pulang.
"Bu Desiii, tungguuu," panggilnya ngos-ngosan.
"Eh, Satya. Apa kabar? Tumben kamu ke sini?" sapa Bu Desi tersenyum.
"Anu Bu, saya mau ketemu Pak RT … kira-kira beliau kapan ada di kantor, ya?"
"Oh, Pak RT lagi dinas ke luar kota. Coba kamu hubungi HP-nya aja," kata Bu Desi.
"Nah saya sudah minta nomornya ke Bunda, tapi ternyata salah sambung … boleh minta nomornya, Bu?"
"Oh, iyaa … Pak RT memang sudah ganti nomor. Sebentar ya, Ibu forward ke kamu. Nomor HP-mu berapa?"
Setelah mendapat nomor yang baru Satya langsung mengirim pesan, tapi sampai malam pesannya belum dibaca juga. Sementara di grup chat sudah banyak regu yang update progress. Untungnya Saka berinisiatif laporan di grup juga, sehingga ada poin masuk buat regu mereka.
“Yee, orang cuma nanya doang kok. Sok penting banget, emang lagi ngomongin apa sih? Pacaran melulu tiap hari! Entar aku bilangin Bunda, lho!”
“Siapa yang pacaran?!” sewot Kak Darma. “Kamu kan punya hape sendiri, ngapain minjem hape Kakak?”
“Mau minta nomor WA Pak RT! Aku mau janjian ketemuan buat minta izin ngadain acara minggu ini.”
“Buat tugas pramuka ya?” tanya Kak Darma sambil melipat tangan dan menatap curiga. “Enak aja tinggal nanya ke Kakak, dulu aku dapetinnya susah, tahu! Sana ke kantor RT, minta sendiri sama sekretarisnya!”
“Aduuh, aku enggak sempeet! Lagian kenapa sih cuma minta nomor doang enggak boleh? Aku yakin ketua regu lain juga enggak ada yang nyimpen nomor Pak RT. Paling mereka nanya ke orang tuanya!”
Kak Darma geleng-geleng kepala. “Ya udah kalau gitu minta ke Bunda aja!”
Uugh ... dasar peliiit!
Setelah dapat nomornya dari Bunda, Satya langsung mengirim pesan. Ditulis dengan berbunga-bunga dan sopan, tentu saja, plus emoticon yang sesuai supaya berkesan tidak kaku.
Yak, pesan terkirim ke ponsel Pak RT! Sekarang tinggal tunggu dibaca dan dibalas.
Namun, setelah keesokan harinya seharian bolak-balik mengecek HP, ternyata pesan yang dikirimnya tidak dibaca-baca. Setelah Satya selesai mengerjakan PR malam itu baru dibaca, tapi tidak dibalas.
“Gaes, gimana niiih … pesanku enggak dibalas Pak RT?? Cuma dibaca doang,” keluh Satya saat berkumpul di sekolah keesokan paginya. Di grup chat Pramuka Penggalang sudah ada beberapa regu yang menulis status pelaksanaan rencana mereka, termasuk Regu Jaguar. Mengabarkan progress di grup akan mendapat poin tambahan.
“Udah, datengin aja rumahnya!” usul Bimo.
“Orangnya enggak mau ngomongin kerjaan di rumah, dulu Kak Darma pernah dimarahin karena itu.”
“Enggak usah bahas apa-apa di rumahnya. Begitu ketemu dia pas pulang ke rumah, kamu minta janjian ketemuan di kantor gitu,” sahut Wira.
“Atau tongkrongin aja kantornya!” seru Dwi.
“Emang kamu nulisnya gimana sih, kok bisa enggak dibales,” komentar Ardi.
“Coba telpon aja dulu, siapa tahu dia mau balas tapi lupa,” saran Saka.
Akhirnya Satya menelepon saat itu juga. Semua menunggu dengan tegang, tapi teleponnya tidak diangkat. Setelah mencoba dua kali lagi, kini ada kemajuan.
Nomor Satya diblokir!
Haduuh!
"Pake hape aku aja, coba pake telpon biasa, jangan telpon WA," ujar Saka yang teleponnya tidak miskin pulsa seperti yang lain. Satya memencet nomornya dan menyalakan loud speaker.
Riing … riiing … riiing … diangkat!
"Halo, selamat pagi Pak RT, maaf mengganggu. Ini Satya yang--"
"Salah sambung!" seru orang di seberang. Suara perempuan, judes. Orang itu langsung menutup telepon.
Mereka semua berpandangan. Satya menepuk jidat, sementara yang lain tertawa.
***
Bab Tiga
Akhirnya sepulang sekolah sore itu Satya ngebut supaya cepat sampai di rumah.
Huh, dasar! Kalau tahu salah sambung kenapa enggak bilang dari awal, sih?! sungutnya sambil mengayuh sepeda ke kantor RT. Soalnya kantornya tutup jam empat.
Untungnya dia ketemu Bu Desi yang baru saja keluar mau pulang.
"Bu Desiii, tungguuu," panggilnya ngos-ngosan.
"Eh, Satya. Apa kabar? Tumben kamu ke sini?" sapa Bu Desi tersenyum.
"Anu Bu, saya mau ketemu Pak RT … kira-kira beliau kapan ada di kantor, ya?"
"Oh, Pak RT lagi dinas ke luar kota. Coba kamu hubungi HP-nya aja," kata Bu Desi.
"Nah saya sudah minta nomornya ke Bunda, tapi ternyata salah sambung … boleh minta nomornya, Bu?"
"Oh, iyaa … Pak RT memang sudah ganti nomor. Sebentar ya, Ibu forward ke kamu. Nomor HP-mu berapa?"
Setelah mendapat nomor yang baru Satya langsung mengirim pesan, tapi sampai malam pesannya belum dibaca juga. Sementara di grup chat sudah banyak regu yang update progress. Untungnya Saka berinisiatif laporan di grup juga, sehingga ada poin masuk buat regu mereka.
Saka dan Dwi bertugas membuat materi presentasi. Ardi dan Wira menyiapkan bahan, sedangkan Satya dan Bimo koordinasi lapangan dan yang akan menyampaikan penyuluhan.
Satya lalu mengetik pesan di grup regu mereka.
Satya: Wir, gimana kemaren jadi ngumpulin botol bekas? Kalo udah ada coba update di grup Penggalang dong?
Wira: Jadi kok, udah dapet selusin ... cukup nggak ya? Emangnya kita mau demo ke berapa orang? Oke bentar aku update ke grup sebelah.
Ardi: Iya nih, aku juga bingung mau bikin berapa name tag buat peserta. Untuk papan nama tim udah aku buat tim merah dan tim biru. Dua tim aja kali ya? Apa lebih seru bikin empat tim?
Bimo: Ya kalo pesertanya banyak sih enggak apa-apa empat tim. Kalo cuma sedikit ya dua tim aja. Gimana Sat?
Agar presentasinya menarik, mereka berencana membuat games yang mempraktekkan langsung pemilahan sampah. Peserta dibagi menjadi tim, lalu masing-masing membantu timnya menambah poin. Caranya yaitu memilah sampah dengan benar. Jadi Wira dan Ardi sibuk menyiapkan perlengkapan untuk games-nya.
Satya: Duh aku bingung nih, si Pak RT belum baca pesanku. Sekarang udah hari Rabu, padahal kita mesti penyuluhan hari Jum'at, supaya pas rapat Penggalang hari Sabtu kita bisa laporan udah selesai mengerjakan tugas.
Dwi: Kalo gitu enggak usah izin Pak RT aja, langsung ngumpulin warga di kantor RT emang ga bisa?
Bimo: Ya enggak, lah! Lagian siapa juga yang mau dateng sukarela, wong diundang ke acara kerja bakti aja banyak yang gak hadir! Eh itu kalau di RT sini sih, enggak tahu kalau di tempat Satya gimana hehe ….
Wira: Hahaha kupikir sama aja. Eh emang harus di RT ketua regu ya? Saka tuh, om-nya kan ketua RT.
Satya jadi bimbang. Haruskah dia mengundurkan diri dan meminta Saka jadi ketua supaya tugas mereka berhasil?
Keesokan paginya Pak RT membalas pesan Satya.
Pak RT: Saya banyak rapat hari ini, tapi nanti sore pulang. Besok saja kalau mau ketemuan.
Wah, Satya tambah ketar-ketir. Besok kan sudah hari Jum'at! Akhirnya Satya menjelaskan panjang lebar maksudnya ingin bertemu. Siangnya baru dibalas.
Pak RT: RT kita tidak ada dana untuk kegiatan ini.
Satya: Oh, tidak usah pakai dana, Pak, semuanya nanti kami siapkan. Kami tinggal butuh izin dan undangan dari RT saja, rencananya kegiatannya besok sore.
Pak RT: Wah, kalau bikin undangan kegiatan RT tidak bisa mendadak gitu, Dek. Apalagi hari kerja. Kalau Minggu mungkin masih bisa diusahakan, tapi kayaknya minggu ini sudah ada kegiatan Karang Taruna. Coba kamu cek ke Budi.
Satya segera menghubungi Kak Budi, ketua Karang Taruna RT mereka. Dia cukup dekat dengan Kak Darma, jadi Satya punya nomornya. Kak Budi mengiyakan perkataan Pak RT, minggu ini mereka ada baksos membantu korban banjir. Satya langsung lemas.
"Guys kayaknya kita bakal gagal deh … minggu ini enggak bisa," ujarnya saat mereka berkumpul sore itu.
"Tapi minggu depannya bisa, kan? Nggak apa-apa deh poin kita berkurang, yang penting jangan kosong sama sekali," tukas Ardi.
Satya menggeleng. "Kata ketua Karang Taruna kegiatan sebulan ini udah full."
Satya lalu mengetik pesan di grup regu mereka.
Satya: Wir, gimana kemaren jadi ngumpulin botol bekas? Kalo udah ada coba update di grup Penggalang dong?
Wira: Jadi kok, udah dapet selusin ... cukup nggak ya? Emangnya kita mau demo ke berapa orang? Oke bentar aku update ke grup sebelah.
Ardi: Iya nih, aku juga bingung mau bikin berapa name tag buat peserta. Untuk papan nama tim udah aku buat tim merah dan tim biru. Dua tim aja kali ya? Apa lebih seru bikin empat tim?
Bimo: Ya kalo pesertanya banyak sih enggak apa-apa empat tim. Kalo cuma sedikit ya dua tim aja. Gimana Sat?
Agar presentasinya menarik, mereka berencana membuat games yang mempraktekkan langsung pemilahan sampah. Peserta dibagi menjadi tim, lalu masing-masing membantu timnya menambah poin. Caranya yaitu memilah sampah dengan benar. Jadi Wira dan Ardi sibuk menyiapkan perlengkapan untuk games-nya.
Satya: Duh aku bingung nih, si Pak RT belum baca pesanku. Sekarang udah hari Rabu, padahal kita mesti penyuluhan hari Jum'at, supaya pas rapat Penggalang hari Sabtu kita bisa laporan udah selesai mengerjakan tugas.
Dwi: Kalo gitu enggak usah izin Pak RT aja, langsung ngumpulin warga di kantor RT emang ga bisa?
Bimo: Ya enggak, lah! Lagian siapa juga yang mau dateng sukarela, wong diundang ke acara kerja bakti aja banyak yang gak hadir! Eh itu kalau di RT sini sih, enggak tahu kalau di tempat Satya gimana hehe ….
Wira: Hahaha kupikir sama aja. Eh emang harus di RT ketua regu ya? Saka tuh, om-nya kan ketua RT.
Satya jadi bimbang. Haruskah dia mengundurkan diri dan meminta Saka jadi ketua supaya tugas mereka berhasil?
Keesokan paginya Pak RT membalas pesan Satya.
Pak RT: Saya banyak rapat hari ini, tapi nanti sore pulang. Besok saja kalau mau ketemuan.
Wah, Satya tambah ketar-ketir. Besok kan sudah hari Jum'at! Akhirnya Satya menjelaskan panjang lebar maksudnya ingin bertemu. Siangnya baru dibalas.
Pak RT: RT kita tidak ada dana untuk kegiatan ini.
Satya: Oh, tidak usah pakai dana, Pak, semuanya nanti kami siapkan. Kami tinggal butuh izin dan undangan dari RT saja, rencananya kegiatannya besok sore.
Pak RT: Wah, kalau bikin undangan kegiatan RT tidak bisa mendadak gitu, Dek. Apalagi hari kerja. Kalau Minggu mungkin masih bisa diusahakan, tapi kayaknya minggu ini sudah ada kegiatan Karang Taruna. Coba kamu cek ke Budi.
Satya segera menghubungi Kak Budi, ketua Karang Taruna RT mereka. Dia cukup dekat dengan Kak Darma, jadi Satya punya nomornya. Kak Budi mengiyakan perkataan Pak RT, minggu ini mereka ada baksos membantu korban banjir. Satya langsung lemas.
"Guys kayaknya kita bakal gagal deh … minggu ini enggak bisa," ujarnya saat mereka berkumpul sore itu.
"Tapi minggu depannya bisa, kan? Nggak apa-apa deh poin kita berkurang, yang penting jangan kosong sama sekali," tukas Ardi.
Satya menggeleng. "Kata ketua Karang Taruna kegiatan sebulan ini udah full."
"Ah, udahlah kita jalan sendiri aja. Datengin aja rumah warganya satu-satu, minta waktu sekadar lima belas menit buat presentasi," usul Dwi.
"Butuh waktu lama banget, dong! Mau datangin berapa warga? Itu juga kalau ada yang sempat," komentar Wira.
"Bisa sih kalau gerak cepat. Minta mamanya Satya hubungi teman-temannya gitu," gumam Bimo.
"Nah, bisa juga tuh, presentasi di taman komplek ajaa … kan emak-emak banyak yang bawa anak main sore-sore. Tinggal koar-koar aja, siapa saja yang kebetulan lewat bisa dengerin, gak usah pake undangan atau telpon-telponan temen segala," ujar Dwi tambah semangat.
"Eh, coba baca update Regu Jaguar, deh. Bayu bilang mereka bikin video penyuluhan dan ngirim ke grup WA RT. Kak Karin bilang semakin luas jangkauan penyuluhan poinnya semakin bagus," kata Saka.
"Wah kenapa enggak kepikiran, ya … boleh nyontek idenya nggak sih?" sungut Bimo.
Mereka terdiam sejenak. Satya garuk-garuk kepala. Gimana caranya supaya penyuluhan mereka bisa dilihat orang orang banyak? Kalau mau mengalahkan Regu Jaguar mereka mesti keliling Jakarta!
Eh, tunggu dulu…
"Guys, aku dapat ide," gumam Satya. "Karang Taruna ikut acara baksos minggu ini. Ada banyak organisasi yang ikut. Gimana kalau kita nebeng penyuluhan di acara itu saja?"
Bimo melongo, lalu tertawa. "Wah, enggak salah deh temenku ini jadi ketua. Semalam kamu makan brokoli, ya Sat?"
Mereka menarik napas lega. Semua pun pulang ke rumah masing-masing.
Sampai di rumah Satya mengirim pesan mau bertemu dengan Kak Budi.
Kak Budi: Wah, aku masih di jalan nih, ada tugas di kampus. Nanti malam aja ya, kira-kira jam delapan.
Satya mengiyakan. Dia lalu mengerjakan PR dan memantau perkembangan grup pramuka.
Setelah Regu Jaguar melaporkan kegiatannya membuat video, tanggapan dari regu lain bermunculan. Ada yang mau mencontek idenya. Ada yang sekadar mau membuat dokumentasi kegiatan berupa video. Ada yang mau membuat grup WA Peduli Lingkungan. Ada yang mau membuat website penyuluhan pemilahan sampah. Ada yang live stream di Instagram. Regu Macan mau upload video ke Youtube, tapi lalu dikomentari.
Dwi: Lho, kenapa pada enggak fokus gini, sih? Ini kan tugas utamanya bikin kegiatan di RT. Kalau cuma upload ke Youtube semua orang juga bisa, tapi enggak ada manfaatnya buat RT kamu.
Bimo: Iyaaa, percuma di-upload kalau enggak ada yang nonton. Tetep aja kamu harus nyuruh warga RT buat lihat videonya. Harus ada data peserta penyuluhannya dong, misal jumlah likes atau comment. Yang bikin website, grup, atau apalah di Internet, juga mestinya gitu. Jadi enggak sekedar bikin terus ditinggal!
Dwi: Selain itu tujuan kegiatan kita kan menjalin silaturahim dengan warga RT. Kalau enggak ketemuan gimana bisa akrab. Pramuka yang baik kan harus bermanfaat untuk lingkungan tempat tinggalnya.
Bimo: Betul, betul, setuju!
Satya cengar-cengir sendiri membacanya. Kedua temannya itu memang terkenal sebagai spesialis perusuh di grup.
Reza: Halah Regu Elang cuma bisa ngomong doang! Emangnya kalian udah ngerjain tugas? Kalian bikin kegiatan di mana? Rencananya aja belum ada!
Sebelum Dwi dan Bimo terpancing dan membuat keadaan tambah runyam, Satya segera membalasnya.
Satya: Ada dooong! Kita punya rencana besar. Pokoknya tunggu aja tanggal mainnya!
Yah, kalau idenya diterima Karang Taruna, pekerjaan mereka memang akan terasa bermanfaat bagi orang banyak.
Malam itu Satya mendatangi rumah Kak Budi dan menjelaskan rencananya.
"Wah, ide yang bagus tuh, aku dukung. Jadi mau bikin stand kecil ya? Nanti aku sediain meja di depan tenda posko, siapa saja yang lewat bisa dengerin presentasi kalian. Kalau presentasinya sebentar kayaknya aku juga bisa ngundang organisasi lain yang datang untuk nonton. Ya acaranya santai aja, pas pada ngumpul sebelum briefing acara baksos dimulai. Pasti banyak yang tertarik deh, soalnya yang datang ke baksos bisa melihat sendiri gimana menderitanya jadi korban banjir karena penanganan sampah yang sembarangan. Yah, paling tidak kita bisa mulai berubah dari sini," kata Kak Budi. Dia lalu mempersilakan Satya makan pisang goreng dan teh manis yang disuguhkan.
"Wah, makasih banyak, Kak," gumam Satya malu. Dia lalu menambahkan, "Selain ada games rencananya nanti kami sediain stiker, jadi yang enggak sempet atau buru-buru bisa tetap dapat infonya. Tinggal tempel di dapur supaya inget cara pilah sampahnya. Ada booklet digitalnya juga, nanti saya forward ke Kak Budi."
"Ada videonya juga enggak? Nanti aku sebarin di grup WA baksos deh, supaya bermanfaat buat anggota organisasi lain juga."
"Naah, itu dia Kak … boleh enggak kami presentasi dulu di Karang Taruna, supaya bisa kami rekam videonya. Biar Kak Budi dan teman-teman tahu. Syukur-syukur kalau kapan-kapan nanti mau bikin program penyuluhan di RT hehehe …."
"Oh iya bener juga … kalau gitu besok sore kamu datang saja. Ada rapat koordinasi Karang Taruna. Nanti kita sedian waktu buat kamu presentasi. Ada acara games nya juga, nih?" tanya Kak Budi sambil tersenyum.
"Ya ada, dong. Ada hadiahnya lho, khusus buat Karang Taruna RT kita," kata Satya sambil nyengir.
"Mantaaap. Apaan tuh hadiahnya?"
"Voucher gratis makan bakwan malang di warung ibu saya huehehe …."
"Ahahaha … ini dia yang ditunggu! Kamu bisa saja," kata Kak Budi sambil terbahak.
Satya segera mengabari Regu Elang sepulangnya dari rumah Kak Budi.
Satya: Siap-siap, guys! Besok sore kita unjuk gigi!
Sudah cukup larut, tapi Bimo langsung membalas.
Bimo: Siap, kapten! Besok aku nginep di rumah kamu aja ya, siapa tahu pulangnya bakal kemaleman.
Dwi: Aku juga! Nanti aku aja yang rekam videonya!
Jum'at siang mereka berkumpul untuk pengecekan terakhir. Materi presentasi sudah siap. Saka dan Dwi membuat slide presentasi berupa mading dan infografis di beberapa lembar kertas besar, yang disematkan pada papan tulis flipchart. Ardi dan Wira sudah menyiapkan perlengkapan games di tas besar. Dwi dan Bimo lalu membawanya naik angkot.
Cukup banyak yang datang ke rapat sore itu. Kak Budi kemudian mempersilakan Satya presentasi. Peserta yang ikut pada bersemangat bertanya. Setelah itu Bimo memimpin sesi games. Semua terhibur dengan aksi kocaknya. Acara mereka sukses besar! Dwi berjanji meng-edit video dan mengirimkannya besok, bersamaan dengan file materi presentasi yang dibuat Saka.
Hari Sabtu ketika laporan di rapat, Pak Basri terkesima saat mendengar dan melihat video laporan tugas mereka.
"Wah, bagus sekali ini! Ragu lain harusnya mencontoh Regu Elang. Kegiatannya bisa berguna di lingkungan RT dan untuk masyarakat umum. Kapan kalian akan presentasi di acara baksos itu?"
"Besok, Pak," Satya menjawab. "Regu kami juga akan ikut baksosnya. Saya pikir pramuka sekolah kita perlu mengadakan acara baksos juga sebagai bentuk kepedulian."
Pak Basri mengangguk-angguk dan menyetujuinya. Regu Elang dapat poin banyak kali ini! Horee!
"Yah, setidaknya sekarang kita seri," kata Aryo seusai rapat. "Lain kali regu kami akan lebih baik."
Satya hanya tertawa. "Ayo, siapa takut?"
Bimo langsung menyahut, "Betul betul betul! Berlomba-lomba untuk kebaikan kan besar pahalanya."
Semua pun pulang dengan puas dan gembira.
Catatan Penulis:
Akhirnya selesai juga hehehe... tadinya ini mau ngikutin cerita sebelumnya yang 700 kata, eh ndilalah pas diedit kok jadi bengkak ke 3,200 kata xD cerita mini seri ini dimulai saat Satya berusia 11 tahun (kelas 5) dan menjadi Pramuka Penggalang. Semoga selanjutnya tiap bulan bisa konsisten menulis seperti ini, aamiin!
Bimo melongo, lalu tertawa. "Wah, enggak salah deh temenku ini jadi ketua. Semalam kamu makan brokoli, ya Sat?"
Mereka menarik napas lega. Semua pun pulang ke rumah masing-masing.
***
Bab Empat
Sampai di rumah Satya mengirim pesan mau bertemu dengan Kak Budi.
Kak Budi: Wah, aku masih di jalan nih, ada tugas di kampus. Nanti malam aja ya, kira-kira jam delapan.
Satya mengiyakan. Dia lalu mengerjakan PR dan memantau perkembangan grup pramuka.
Setelah Regu Jaguar melaporkan kegiatannya membuat video, tanggapan dari regu lain bermunculan. Ada yang mau mencontek idenya. Ada yang sekadar mau membuat dokumentasi kegiatan berupa video. Ada yang mau membuat grup WA Peduli Lingkungan. Ada yang mau membuat website penyuluhan pemilahan sampah. Ada yang live stream di Instagram. Regu Macan mau upload video ke Youtube, tapi lalu dikomentari.
Dwi: Lho, kenapa pada enggak fokus gini, sih? Ini kan tugas utamanya bikin kegiatan di RT. Kalau cuma upload ke Youtube semua orang juga bisa, tapi enggak ada manfaatnya buat RT kamu.
Bimo: Iyaaa, percuma di-upload kalau enggak ada yang nonton. Tetep aja kamu harus nyuruh warga RT buat lihat videonya. Harus ada data peserta penyuluhannya dong, misal jumlah likes atau comment. Yang bikin website, grup, atau apalah di Internet, juga mestinya gitu. Jadi enggak sekedar bikin terus ditinggal!
Dwi: Selain itu tujuan kegiatan kita kan menjalin silaturahim dengan warga RT. Kalau enggak ketemuan gimana bisa akrab. Pramuka yang baik kan harus bermanfaat untuk lingkungan tempat tinggalnya.
Bimo: Betul, betul, setuju!
Satya cengar-cengir sendiri membacanya. Kedua temannya itu memang terkenal sebagai spesialis perusuh di grup.
Reza: Halah Regu Elang cuma bisa ngomong doang! Emangnya kalian udah ngerjain tugas? Kalian bikin kegiatan di mana? Rencananya aja belum ada!
Sebelum Dwi dan Bimo terpancing dan membuat keadaan tambah runyam, Satya segera membalasnya.
Satya: Ada dooong! Kita punya rencana besar. Pokoknya tunggu aja tanggal mainnya!
Yah, kalau idenya diterima Karang Taruna, pekerjaan mereka memang akan terasa bermanfaat bagi orang banyak.
Malam itu Satya mendatangi rumah Kak Budi dan menjelaskan rencananya.
"Wah, ide yang bagus tuh, aku dukung. Jadi mau bikin stand kecil ya? Nanti aku sediain meja di depan tenda posko, siapa saja yang lewat bisa dengerin presentasi kalian. Kalau presentasinya sebentar kayaknya aku juga bisa ngundang organisasi lain yang datang untuk nonton. Ya acaranya santai aja, pas pada ngumpul sebelum briefing acara baksos dimulai. Pasti banyak yang tertarik deh, soalnya yang datang ke baksos bisa melihat sendiri gimana menderitanya jadi korban banjir karena penanganan sampah yang sembarangan. Yah, paling tidak kita bisa mulai berubah dari sini," kata Kak Budi. Dia lalu mempersilakan Satya makan pisang goreng dan teh manis yang disuguhkan.
"Wah, makasih banyak, Kak," gumam Satya malu. Dia lalu menambahkan, "Selain ada games rencananya nanti kami sediain stiker, jadi yang enggak sempet atau buru-buru bisa tetap dapat infonya. Tinggal tempel di dapur supaya inget cara pilah sampahnya. Ada booklet digitalnya juga, nanti saya forward ke Kak Budi."
"Ada videonya juga enggak? Nanti aku sebarin di grup WA baksos deh, supaya bermanfaat buat anggota organisasi lain juga."
"Naah, itu dia Kak … boleh enggak kami presentasi dulu di Karang Taruna, supaya bisa kami rekam videonya. Biar Kak Budi dan teman-teman tahu. Syukur-syukur kalau kapan-kapan nanti mau bikin program penyuluhan di RT hehehe …."
"Oh iya bener juga … kalau gitu besok sore kamu datang saja. Ada rapat koordinasi Karang Taruna. Nanti kita sedian waktu buat kamu presentasi. Ada acara games nya juga, nih?" tanya Kak Budi sambil tersenyum.
"Ya ada, dong. Ada hadiahnya lho, khusus buat Karang Taruna RT kita," kata Satya sambil nyengir.
"Mantaaap. Apaan tuh hadiahnya?"
"Voucher gratis makan bakwan malang di warung ibu saya huehehe …."
"Ahahaha … ini dia yang ditunggu! Kamu bisa saja," kata Kak Budi sambil terbahak.
Satya segera mengabari Regu Elang sepulangnya dari rumah Kak Budi.
Satya: Siap-siap, guys! Besok sore kita unjuk gigi!
Sudah cukup larut, tapi Bimo langsung membalas.
Bimo: Siap, kapten! Besok aku nginep di rumah kamu aja ya, siapa tahu pulangnya bakal kemaleman.
Dwi: Aku juga! Nanti aku aja yang rekam videonya!
Jum'at siang mereka berkumpul untuk pengecekan terakhir. Materi presentasi sudah siap. Saka dan Dwi membuat slide presentasi berupa mading dan infografis di beberapa lembar kertas besar, yang disematkan pada papan tulis flipchart. Ardi dan Wira sudah menyiapkan perlengkapan games di tas besar. Dwi dan Bimo lalu membawanya naik angkot.
Cukup banyak yang datang ke rapat sore itu. Kak Budi kemudian mempersilakan Satya presentasi. Peserta yang ikut pada bersemangat bertanya. Setelah itu Bimo memimpin sesi games. Semua terhibur dengan aksi kocaknya. Acara mereka sukses besar! Dwi berjanji meng-edit video dan mengirimkannya besok, bersamaan dengan file materi presentasi yang dibuat Saka.
Hari Sabtu ketika laporan di rapat, Pak Basri terkesima saat mendengar dan melihat video laporan tugas mereka.
"Wah, bagus sekali ini! Ragu lain harusnya mencontoh Regu Elang. Kegiatannya bisa berguna di lingkungan RT dan untuk masyarakat umum. Kapan kalian akan presentasi di acara baksos itu?"
"Besok, Pak," Satya menjawab. "Regu kami juga akan ikut baksosnya. Saya pikir pramuka sekolah kita perlu mengadakan acara baksos juga sebagai bentuk kepedulian."
Pak Basri mengangguk-angguk dan menyetujuinya. Regu Elang dapat poin banyak kali ini! Horee!
"Yah, setidaknya sekarang kita seri," kata Aryo seusai rapat. "Lain kali regu kami akan lebih baik."
Satya hanya tertawa. "Ayo, siapa takut?"
Bimo langsung menyahut, "Betul betul betul! Berlomba-lomba untuk kebaikan kan besar pahalanya."
Semua pun pulang dengan puas dan gembira.
===ooo===
Catatan Penulis:
Akhirnya selesai juga hehehe... tadinya ini mau ngikutin cerita sebelumnya yang 700 kata, eh ndilalah pas diedit kok jadi bengkak ke 3,200 kata xD cerita mini seri ini dimulai saat Satya berusia 11 tahun (kelas 5) dan menjadi Pramuka Penggalang. Semoga selanjutnya tiap bulan bisa konsisten menulis seperti ini, aamiin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar