Halaman

Rabu, 12 Agustus 2020

Kumcer Regu Elang - Mading IPA

Mading IPA

Oleh: Caritra Sari

"Wir, nanti siang ke rumah Rina ya buat bikin mading," pesan Ferdi begitu guru IPA mereka meninggalkan kelas. "Tomi dan Nanda juga ikut, jadi pas nih kelompok kita bisa datang semua."

Wira melirik ke bangku dekat jendela. Rina sedang bicara dengan Nanda, tapi lalu tersenyum dan melambai pada Wira.

"Maaf Fer, kayaknya aku enggak bisa ikut," gumam Wira sembari membereskan tas.

"Yah, kenapa? Waktunya tinggal sebentar lagi, lho… waktu pertemuan pendahuluan kemarin kamu juga enggak ikut," tegur Ferdi sebagai sang ketua kelompok. "Kelompok yang lain udah pada jadi, nih... kayaknya cuma kelompok kita doang yang belum selesai."

Wira meringis, "Iya, maaf aku enggak bisa kalau mendadak."

"Kalau besok gimana? Nanti aku bilang ke yang lain."

Haduh... bagaimana, ya? Wira menggaruk kepala, tidak tahu mesti bilang apa. Sebenarnya setiap hari dia harus pulang cepat karena Mamah dan Abah pergi bekerja. Keluarga Wira bukan keluarga mampu, orang tuanya hanya buruh kasar. Wira sebagai kakak tertua bertugas mengantar-jemput adik-adiknya yang masih kecil ke sekolah dan menjaga mereka di rumah.

Dia bisa minta bantuan Rendra, sang adik kedua yang sekarang duduk di kelas lima, untuk menggantikan tugas sementara. Masalahnya, Rendra belum tentu mau. Belakangan ini adiknya itu semakin sering membantah perkataan Wira.

"Aku usahakan, ya," jawab Wira akhirnya.

Malam itu Wira memanggil Rendra sebelum tidur.

"Ren, besok Aa' ada tugas kelompok… tolong gantikan Aa' jagain adik-adik, ya?" pinta Wira. "Buat makan siang kamu tinggal menghangatkan lauk saja, nanti Aa' pulang secepat mungkin--"

"Yaaah, Aa' Wira mah gitu...! Besok Rendra ada kerja kelompok juga, udah janjian sama temen," tukas Rendra sambil cemberut.

"Kamu jam berapa pulangnya? Nanti kan bisa gantian sama Aa'?"

"Ya mana Rendra tahu?" ketusnya. "Namanya kerja kelompok bisa cepat bisa lama, kan."

Keesokan harinya Wira mendatangi Ferdi pagi-pagi.

"Fer, maaf ternyata nanti siang aku enggak bisa… aku harus jagain adik di rumah."

Ferdi tampak kecewa. "Yah, gimana dong, padahal semua udah meluangkan waktu hari ini supaya kamu bisa ikut…"

Tomi yang duduk sebangku dengan Ferdi, ikut berkomentar. "Tuh kan apa kubilang. Si Wira emang enggak pernah bisa ngerjain tugas bareng. Mending kita minta ganti anggota sama Pak Guru."

"Eh, apaan sih kok rame amat?" sapa Rina dan Nanda yang baru datang. Ferdi menjelaskan duduk masalahnya.

"Kalau enggak pada keberatan, gimana kalau kita bahas sketsa mading yang kemarin udah dibikin, pas jam istirahat nanti? Kita bagi tugas saja. Kerjakan artikelnya di rumah masing-masing, baru nanti terakhir dikumpulkan dan dihias," usul Rina.

"Tapi aku enggak bisa ikut menghias mading kalau di luar jam sekolah, Na...," Wira merasa tidak enak. "Sebagai gantinya, kasih aku tugas menulis yang banyak aja, nanti aku kerjakan di rumah."

Rina tampak prihatin. "Yah, enggak adil dong, tugasmu jadi lebih banyak."

"Eh, nanti pas menempel dan menghias madingnya kita kerjain di rumah Wira aja!" seru Nanda. Semua setuju.

"Nah, ternyata kalau diomongin kayak gini, ada jalan keluarnya, kan," sahut Rina. "Yuk, ngumpul ke mejaku! Sketsa desainnya ada di tas."

Ferdi lalu tersenyum dan mengangguk. Dia menepuk punggung Wira dengan bersahabat, lalu mengajak semua ikut berkumpul.

Wira pun menarik napas lega.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar