Bandung Wonderland
Mobil Alphard merah itu melipir di parkiran Kampus 2 Universitas Pamulang, di samping Gedung Sastra. Bakti berhenti men-dribble bola basket dan memandangi mobil itu, membuat Darma juga berpaling.
Bagai adegan gerak lambat di sinetron, sinar mentari pagi menyinari dua orang pemuda yang keluar dari dalam mobil tersebut. Beberapa anak cewek yang tadinya menonton Bakti dan Darma bermain basket mulai ribut, menjerit tertahan. Ada yang mengeluarkan ponsel dan mulai cekrak-cekrek.
Reka membuka kacamata hitamnya dan melirik anak-anak cewek tersebut.
“Aaaa Reka ngelirik ke guee!”
“Dih, pede banget, dia ngeliatin gue tau!”
“Astaga si Rai asli makin ganteng ajaa!”
Rai menutup dan mengunci pintu mobil, lalu menyerahkan kuncinya pada Reka. Dia tersenyum ketika melihat anak-anak cewek itu melambai padanya.
“Ya Allah senyumnyaaa… nggak kuaaat!”
Bakti berdecak. “Norak banget, sih,” gumamnya.
Darma cuma menyeringai. Dia mengambil botol minum mereka, lalu menyodorkan satu pada Bakti. “Kenapa, Ti? Pengen jadi selebriti juga?”
“Ogah! Ntar aku gak bisa sembarangan ngupil.”
Darma tersedak, minumnya tersembur. Bakti tertawa, menepuk-nepuk punggung sahabatnya.
Reka menghampiri mereka, sementara Rai berhenti untuk menyapa dan mengobrol dengan anak-anak cewek itu. Kemungkinan besar dia baru selesai setengah jam lagi, setelah sesi foto dan tanda tangan selesai. Tentu saja, biasanya ada juga cewek yang menyelipkan nomor telepon mereka padanya.
Bakti mendengus.
Seandainya ada papan peringkat populeritas untuk cowok sekampus, Rai dan Reka pasti akan gantian menempati peringkat pertama. Oke, Darma mungkin punya fans club sendiri, tapi sebagian besar anggotanya terdiri dari anak-anak cewek yang terkesan dengan prestasi atau pernah berinteraksi dengannya. Sedangkan Rai dan Reka? Belum kenal dan baru melihat dari jauh saja para cewek itu sudah terpana.
Reka sudah jelas memancarkan aura “bos besar”. Dia yang paling rapi, paling elegan, paling terlihat mahal. Kalau mereka disuruh berdiri berjejer orang pasti akan langsung tahu siapa bosnya.
Sementara Rai, dia tampak seperti paspampres, pasukan pengaman presiden. Tinggi, rambut cepak, postur tubuh tegap keturunan keluarga tentara, ban hitam Taekwondo dan pencak silat. Dia juga seorang foto model.
Wajah simetris, dada bidang, dan senyum hangat membuat followers Instagramnya tembus 68 ribu. Yang lebih gila lagi adalah, dia bisa gonta-ganti pacar tanpa dicap sebagai seorang playboy.
Soalnya dalam seminggu dia membuat minimal dua konten Youtube berupa ulasan tempat jalan-jalan romantis, nama channelnya Unforgettable Date With You. Tiap episode dia ganti teman kencan, tiap akhir episode dia membuka pendaftaran bagi para followers untuk menjadi teman kencan selanjutnya di video berikut.
“Yuk, berangkat. Takut keburu macet, nih. Hari Sabtu gini traffic ke Bandung kan padat,” ajak Reka.
“Dian tadi udah ke sini tapi dia ke kantin bentar beli minuman,” lapor Darma.
“Kalo si kutu dari tadi belom muncul,” tambah Bakti.
“Lho, gimana sih, kan Taruna yang megang tiketnya. Udah dihubungi belom?” tanya Reka sambil mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan.
Sementara itu Dian sudah kembali membawa sekantong minuman dingin. Di belakangnya, seorang perempuan berambut kemerahan dengan balutan pakaian hitam-hitam ketat melenggang santai menghampiri mereka. Bakti ternganga, mengucek mata.
“Ma… aku gak salah lihat, kan? Itu Black Widow bukan sih?!”
Darma tidak menjawab, ikut bengong.
“Guess who?” bisik perempuan itu saat sampai di depan Bakti. Wangi parfumnya mengingatkan Bakti pada seseorang… tapi siapa? Perempuan itu tersenyum simpul, lalu memegang lengan Bakti dan berjinjit, menempelkan pipi kanan dan kiri seperti ibu-ibu datang arisan.
Apa-apaan?! Bakti membuka dan menutup mulut, mendorongnya menjauh. Tepat saat itu suara ponsel seseorang berbunyi. Taruna. Bakti mengenali nada panggilnya yang khas. Black Widow itu menggerutu dan mematikan ponselnya, lalu meloncat dan menempel pada lengan Reka.
“Ohayo Reka-sama, udah kangen ya? Ngapain nelpon, gak sabar amat sih nunggunya,” sapa Black Widow dengan ceria.
“Astagfirullah, itu Taruna?!” seru Darma.
“Anikiiii~”
Darma kabur bersembunyi ke belakang badan Bakti sebelum dipeluk sama mahluk jadi-jadian itu.
“Kamu ngapain dandan begitu, sih?” sentak Bakti sambil bertolak pinggang.
“Kan kita mau ke event cosplay, jadi ya pakai kostum, dong!” Taruna memeletkan lidah.
“Ya tapi kenapa mesti jadi perempuan?”
“Soalnya kalau jadi tokoh laki aku kurang tinggi!” sahut Taruna kesal.
“Kamu cocok kok, jadi Nobita,” komentar Dian datar. Bakti langsung terbahak. Taruna tampak semakin kesal.
“Ehmm… kamu jadi Conan Edogawa aja,” usul Darma.
Wajah Taruna tampak cerah sejenak, tapi lalu dia menggeleng. “Aku gak mau jadi Conan, aku pengennya kita semua jadi tokoh Avenger. Ini aku udah bawain kostum buat kalian. Pakainya nanti aja pas udah sampai di tujuan.”
Bakti dan Darma saling berpandangan, horor. Sama-sama tidak ingin dipakaikan kostum. Namun, rupanya Taruna bersikeras.
Reka jadi Iron Man. Dian jadi Doctor Strange. Rai jadi Hulk. Darma bersedia jadi Captain America asalkan Taruna tidak jadi Black Widow. Taruna memutar bola mata dan bilang dia akan ganti kostum jadi Spider-Man setelah sampai di Bandung.
“Bakti jadi Thor,” kata Taruna sambil tersenyum manis.
“Tapi aku gak mau pake wig!”
“Fine, kamu jadi Thanos.”
“Enak aja! Ntar aku diwarnain jadi ungu! Emangnya ubi?!”
Taruna menggerutu. “Ya udah kamu jadi Black Panther aja.”
Mereka pun berangkat. Bakti duduk di belakang sama Darma, menolak keras duduk dekat Black Widow. Sesampainya di tujuan mereka berganti baju–kecuali Rai, yang justru membuka baju. Taruna mengecat badannya dengan warna hijau. Bakti melotot iri memandangi otot lengan dan six-pack-nya Rai yang terbentuk sempurna. Taruna memfoto dan menguploadnya ke Instagram. Rai toss dengan Taruna dan cengar-cengir ketika postingannya langsung trending.
Bandung Wonderland adalah event untuk para cosplayer, atau costume player. Orang-orang berdandan dan memakai kostum dan wig sesuai dengan tokoh yang mereka suka. Ada yang jadi Sailor Moon, Naruto, Harry Potter, Boboiboy, dan lain-lain.
Bakti berfoto sama kru Doraemon. Ada juga yang minta berfoto dengan mereka. Tentu saja, Rai paling menarik perhatian. Anak itu benar-benar bermental selebriti, tidak risih saat ada cewek-cewek yang menyentuh dadanya yang telanjang.
“Gila si Rai, kalo aku keliaran gak pake baju mungkin udah masuk angin deh,” komentar Bakti.
Setelah puas berjalan-jalan mereka pun makan. Rai segera memesan air minun karena sudah kehausan. Sebenarnya Dian tadi menawarkan minum, tapi sejak Rai mencret-mencret setelah makan bareng Dian dulu, dia tidak mau lagi makan atau minum bila Dian yang membelikan, memasak, atau menyajikan. Pasalnya waktu itu Dhea pernah berpapasan dan memuji Rai di depan Dian. Dian langsung memasang bendera perang, sampai sekarang masih suka “panas” saat mengingatnya.
“Yo guys saat ini kita mampir di warung steak yang enak banget di kawasan Bandung. Kali ini gue mau nge-date sama lima anak gokil temen pramuka gue hahaha…” Rai merekam acara makan-makan mereka untuk konten spesial channel Youtubenya.
Setelah itu mereka tanding basket. Bakti dan Darma melawan Reka dan Rai. Dalam waktu singkat mereka telah menarik perhatian banyak orang. Mereka berkerumun untuk menyaksikan pertandingan Avengers Basketball.
Taruna merekam acara tersebut, berperan sebagai kameraman dan komentator. Dian memanfaatkan kejadian tersebut dan mengedarkan perisai Captain America untuk menampung uang sumbangan dari para penonton.
Pertandingan berakhir dengan skor 5-3 untuk tim Reka dan Rai. Rai melakukan aksi teriakan kemenangan sambil memukul dada Hulk. Penonton bersorak sorai dan tertawa.
Yah, Bakti harus mengakui, hari itu benar-benar berkesan. Sorenya mereka semua pulang dengan hati senang.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar